Warga Tabanan Masih Enggan Isolasi Terpusat
GOOGLE NEWS
BERITATABANAN.COM, TABANAN.
Masyarakat di Tabanan tampaknya masih enggan untuk menjalani isolasi terpusat di fasilitas yang disediakan oleh pemerintah.
Sementara kasus orang tanpa gejala (OTG) dan gejala ringan (GR) di kabupaten Tabanan masih terus mengalami peningkatan. Meski sudah disiapkan lokasi isolasi terpusat (Isoter), tidak semua warga OTG mau dipindahkan. Hingga Sabtu (31/7) tercatat ada 1.041 orang menjalani isolasi mandiri.
Padahal, Satgas Penanganan Covid-19 Tabanan telah menyediakan dua lokasi Isoter bagi mereka yang terkonfirmasi positif Covid-19 tanpa gejala dan gejala ringan yakni di Asrama Sekolah Poltrada Bali, Desa Samsam, Kerambitan dengan kapasitas 284 tempat tidur, dan Asrama Pramuka di kecamatan Marga dengan kapasitas 72 bed, sehingga total ada 356 kapasitas yang disiapkan.
Meski sudah disiapkan lokasi isolasi terpusat (Isoter), yang terjadi tidak semua warga OTG mau dipindahkan. Dimana dari data sampai dengan Sabtu, keterisian Isoter hanya 140 tempat tidur. Sisanya lebih memilih menjalani isolasi mandiri di rumah dengan alasan lebih merasa nyaman dekat dengan keluarga.
Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Tabanan, I Gede Susila dikonfirmasi Minggu (1/8) mengakui, tentu mereka merasa lebih nyaman Isoman di rumah sendiri jika rumahnya cukup bagus (memenuhi syarat isolasi) dan ada ruangan khusus, bisa diambilkan satu kamar dan dipastikan yang bersangkutan (pasien) tidak bergerak kemana-mana.
Namun, akan lebih baik jika melakukan isolasi terpusat. Karena meski sudah dijaga dan diawasi dengan baik, kemungkinan bisa menular di lingkungan keluarga kemungkinan masih bisa terjadi. Apalagi berada di lingkungan keluarga besar.
Menurut Sekretaris Daerah Tabanan ini, kelebihan dari isolasi terpusat adalah potensi-potensi untuk penularan ke lingkungan yang lain akan lebih minimal dalam artian akan lebih kecil. Sehingga betul-betul bisa mengisolasi, dan bisa mencegah terjadinya penularan ke orang-orang di sekitar pasien yang terinfeksi Covid.
"Risikonya kalau kemudian tidak mau diisolasi terpusat, seluruh anggota keluarga berpotensi tertular. Itu resikonya, jadi kenapa saya selalu mendorong agar semua yang positif diisolasi terpusat untuk menghindari yang lain tertular, terlebih lagi jika ada keluarga atau orang tua yang punya penyerta tentunya akan berbahaya juga terjadi penularan,” terangnya.
Begitupun, pejabat asal Sekartaji ini menjelaskan, meski jauh dari keluarga selama menjalani karantina, mereka yang OTG atau Gejala Ringan ini tentunya akan menjalani kegiatan penyembuhan dengan baik, mulai dari pemantauan kesehatan rutin, fasilitas makan tiga kali dengan gizi cukup, olahraga, berjemur, dan lainnya.
“Selama masa karantina, mereka tentu akan diajak merasa nyaman dengan kondisi yang tenang. Ada pengawasan rutin. Bila ada masalah kesehatan, tim kesehatan di sana akan memberikan obat, dan melakukan pemeriksaan juga,” jelasnya.
Editor: Robby Patria
Reporter: bbn/tbn